085227902020 kami kontraktor lapangan futsal di asahan kisaran kami
kontraktor lapangan futsal siap membantu pekerjaan pembuatan lapangan futsal
diseluaruh wilayah di Indonesia dengan harga terjangkau dan menyuesuaikan
keuangan anda. Kami siap melayani pembuatan lapangan futsal di kontraktor
lapangan futsal di bandung, kontraktor
lapangan futsal Surabaya, kontraktor
lapangan futsal Jakarta, kontraktor
lapangan futsal murah, kontraktor lapangan futsal medan, kontraktor lapangan
futsal bandung, kontraktor lapangan utsal di Surabaya, kontraktor lapangan
futsal di bali, kontraktor lapangan futsal jogja, kontraktor lapangan futsal Makassar,
kontraktor lapangan futsal bali, kontraktor lapangan futsal Banjarmasin, kontraktor
lapangan futsal di semarang, kontraktor lapangan futsal di Jakarta, kontraktor
lapangan futsal di medan, kontraktor lapangan futsal di Makassar, kontraktor
lapangan futsal di pekanbaru, biaya pembuatan lapangan futsal jogja, kontraktor
lapangan futsal di jogja, pembuat lapangan futsal jogja, kontraktor lapangan
futsal lampung, kontraktor lapangan futsal malang, kontraktor lapangan futsal
di malang, pembuat lapangan futsal di Makassar, kontraktor lapangan futsal
pekanbaru, kontraktor lapangan futsal Palembang, kontraktor lapangan futsal
purwokerto, kontraktor lapangan futsal di padang, kontraktor lapangan futsal
semarang, kontraktor lapangan futsal samarinda
Perjalanan Sultan Aceh "Iskandar Muda" ke Johor
dan Malaka tahun 1612 dapat dikatakan sebagai awal dari sejarah Asahan. Dalam
perjalanan tersebut, rombongan Sultan Iskandar Muda beristirahat di kawasan
sebuah hulu sungai yang kemudian dinamakan Asahan. Perjalanan dilanjutkan ke
sebuah "Tanjung" yang merupakan pertemuan antara sungai Asahan dengan
sungai Silau, kemudian bertemu dengan Raja Simargolang. Di tempat itu juga
Sultan Iskandar Muda mendirikan sebuah pelataran sebagai "Balai"
untuk tempat menghadap, yang kemudian berkembang menjadi perkampungan.
Perkembangan daerah ini cukup pesat sebagai pusat pertemuan perdagangan dari
Aceh dan Malaka, sekarang ini dikenal dengan "Tanjung Balai".
Dari hasil perkawinan Sultan Iskandan Muda dengan salah
seorang putri Raja Simargolang, lahirlah seorang putera yang bernama Abdul
Jalil yang menjadi cikal bakal dari kesultanan Asahan. Abdul Jalil dinobatkan
menjadi Sultan Asahan I. Pemerintahan kesultanan Asahan dimulai tahun 1630
yaitu sejak dilantiknya Sultan Asahan yang I s/d XI. Selain itu di daerah
Asahan, pemerintahan juga dilaksanakan oleh datuk-datuk di wilayah Batubara dan
ada kemungkinan kerajaan-kerajaan kecil lainnya.Tanggal 12 September 1865,
kesultanan Asahan berhasil dikuasai Belanda. Sejak itu, kekuasaan pemerintahan
dipegang oleh Belanda. Kekuasaan pemerintahan Belanda di Asahan/Tanjung Balai
dipimpin oleh seorang Kontroler, yang diperkuat dengan Gouverments Besluit
tanggal 30 September 1867, nomor 2 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang
berkedudukan di Tanjung Balai dan pembagian wilayah pemerintahan dibagi menjadi
tiga, yaitu:
dibagi menjadi Distrik, yaitu Distrik Tanjung Balai,
Kisaran, Bandar Pulau, Pulau Rakyat dan Sei Kepayang.
Pemerintahan Fasisme Jepang berakhir pada tanggal 14 Agustus
1945 dan tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Republik Indonesia
diproklamirkan. Sesuai dengan perkembangan Ketatanegaraan RI, maka berdasarkan
UU Nomor 1 Tahun 1945, Komite Nasional Indonesia wilayah Asahan dibentuk pada
bulan September 1945. Pada saat itu pemerintahan yang dipegang oleh Jepang
sudah tidak ada lagi, tapi pemerintahan Kesultanan dan pemerintahan Fuku Bunsyu
di Batubara masih tetap ada.
Pada tanggal 15 Maret 1946, berlaku struktur pemerintahan RI
di Asahan dan wilayah Asahan dipimpin oleh Abdullah Eteng sebagai Kepala
Wilayah dan Sori Harahap sebagai Wakil Kepala Wilayah, sedangkan Asahan dibagi
atas 5 (lima) kewedanaan, yaitu:
1) Kewedanaan Tanjung BalaiPerjalanan Sultan Aceh Sultan
Iskandar Muda ke Johor dan Malaka pada tahun 1612 dapat dikatakan sebagai awal
dari Sejarah Asahan. Dalam perjalanan tersebut, rombongan Sultan Iskandar Muda
beristirahat di kawasan sebuah hulu sungai, yang kemudian dinamakan ASAHAN.
Perjalanan dilanjutkan ke sebuah Tanjung yang merupakan pertemuan antara sungai
Asahan dengan sungai Silau, kemudian bertemu dengan Raja Simargolang. Di tempat
itu juga, Sultan Iskandar Muda mendirikan sebuah pelataran sebagai Balai untuk
tempat menghadap, yang kemudian berkembang menjadi perkampungan. Perkembangan
daerah ini cukup pesat sebagai pusat pertemuan perdagangan dari Aceh dan
Malaka, sekarang ini dikenal dengan Tanjung Balai. Dari hasil perkawinan Sultan
Iskandar Muda dengan salah seorang puteri Raja Simargolang lahirlah seorang
putera yang bernama Abdul Jalil yang menjadi cikal bakal dari kesultanan
Asahan. Abdul Jalil dinobatkan menjadi Sultan Asahan I.
Pemerintahan kesultanan Asahan dimulai tahun 1630 yaitu
sejak dilantiknya Sultan Asahan yang I s.d. XI. Selain itu di daerah Asahan,
pemerintahan juga dilaksanakan oleh datuk-datuk di Wilayah Batu Bara dan ada
kemungkinan kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Tanggal 22 September 1865,
kesultanan Asahan berhasil dikuasai Belanda. Sejak itu, kekuasaan pemerintahan
dipegang oleh Belanda.Kekuasaan pemerintahan Belanda di Asahan/Tanjung Balai
dipimpin oleh seorang Kontroler, yang diperkuat dengan Gouverments Besluit
tanggal 30 September 1867, Nomor 2 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang berkedudukan
di Tanjung Balai dan pembagian wilayah pemerintahan dibagi menjadi 3 (tiga)
yaitu:
Kerajaan Sultan Asahan dan pemerintahan Datuk-Datuk di
wilayah Batu Bara tetap diakui oleh Belanda, namun tidak berkuasa penuh
sebagaimana sebelumnya. Wilayah pemerintahan Kesultanan dibagi atas Distrik dan
Onder Distrik yaitu:
Pemerintahan Belanda berhasil ditundukkan Jepang (tanggal 13
Maret 1942), sejak saat itu Pemerintahan Fasisme Jepang disusun menggantikan
Pemerintahan Belanda. Pemerintahan
Fasisme Jepang dipimpin oleh Letnan T. Jamada dengan
struktur pemerintahan Belanda yaitu Asahan Bunsyu dan bawahannya Fuku Bunsyu
Batu bara. Selain itu, wilayah yang lebih kecil di bagi menjadi Distrik yaitu
Distrik Tanjung Balai, Kisaran, Bandar Pulau, Pulau Rakyat dan Sei Kepayang.
Pemerintahan Fasisme Jepang berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 dan 17
Agustus 1945 Kemerdekaan Negara Republik Indonesia diproklamirkan. Sesuai
dengan perkembangan Ketatanegaraan Republik Indonesia, maka berdasarkan UU
Nomor 1 Tahun 1945, Komite Nasional Indonesia Wilayah Asahan di bentuk pada
bulan September 1945. Pada saat itu pemerintahan yang di pegang oleh Jepang
sudah tidak ada lagi, tapi pemerintahan Kesultanan dan pemerintahan Fuku Bunsyu
di Batu Bara masih tetap ada. Tanggal 15 Maret 1946, berlaku struktur
pemerintahan Republik Indonesia di Asahan dan wilayah Asahan di pimpin oleh
Abdullah Eteng sebagai kepala wilayah dan Sori Harahap sebagai wakil kepala
wilayah, sedangkan wilayah Asahan dibagi atas 5 (lima) Kewedanan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar