085227902020 kami kontraktor lapangan futsal di pariaman kami
kontraktor lapangan futsal siap membantu pekerjaan pembuatan lapangan futsal
diseluaruh wilayah di Indonesia dengan harga terjangkau dan menyuesuaikan
keuangan anda. Kami siap melayani pembuatan lapangan futsal di kontraktor
lapangan futsal di bandung, kontraktor
lapangan futsal Surabaya, kontraktor
lapangan futsal Jakarta, kontraktor
lapangan futsal murah, kontraktor lapangan futsal medan, kontraktor lapangan
futsal bandung, kontraktor lapangan utsal di Surabaya, kontraktor lapangan
futsal di bali, kontraktor lapangan futsal jogja, kontraktor lapangan futsal Makassar,
kontraktor lapangan futsal bali, kontraktor lapangan futsal Banjarmasin, kontraktor
lapangan futsal di semarang, kontraktor lapangan futsal di Jakarta, kontraktor
lapangan futsal di medan, kontraktor lapangan futsal di Makassar, kontraktor
lapangan futsal di pekanbaru, biaya pembuatan lapangan futsal jogja, kontraktor
lapangan futsal di jogja, pembuat lapangan futsal jogja, kontraktor lapangan
futsal lampung, kontraktor lapangan futsal malang, kontraktor lapangan futsal
di malang, pembuat lapangan futsal di Makassar, kontraktor lapangan futsal
pekanbaru, kontraktor lapangan futsal Palembang, kontraktor lapangan futsal
purwokerto, kontraktor lapangan futsal di padang, kontraktor lapangan futsal
semarang, kontraktor lapangan futsal samarinda
Masyarakat Padang Pariaman, masih menurut narasi tambo,
turun dari darek minangkabau, dari pedalaman tengah sumatera. penduduk daerah
ini menurut laporan tahunan pemerintah daerah, berdasarkan pengakuan dari
masyarakat padang pariaman sendiri, barasal dari paguruyung Batusangkar, yang
terletak di darek minangkabau (Pemda Tk I Sumbar, 1978;7). Rantau Pariaman,
selanjutnya menurut Dobbin, didirikan oleh imigran yang berasal dari Batipuh
yang dianggap memiliki landasan kerajaan (Dobbin, 2008:84). Dalam waktu yang
tidak pernah diketahui secara pasti, berkemungkinan sejak tahun 1300 M, para
perantau awal(peneruka) tersebut turun bergelombang ke wilayah pantai barat dan membuka
pemukiman. Desa-desa awal di pantai Padang Pariaman, menurut catatan Suryadi,
sesuai perjalanan waktu lalu menjadi entrepot-entrepot dagang dan pelabuhan.
Entrepot dagang dan pelabuhan tersebut dikembangkan oleh orang -orang dari kampung-kampung
tertentu didarek (seperti yang telah disebut diatas), yang semula tujuannya
untuk memajukan kepentingan dagang mereka sendiri. Ketika pemukiman koloni itu
semangkin berkembang, daerah-daerah pemukiman juga terus membesarkan dirinya
seperti fungi dikulit manusia.
Hamka Mengatakan, nama pariaman sendiri berasal dari kata
dalam bahasa arab,"barri aman". sebagaimana yang dikutip suryadi,
kata dalam bahasa arab tersebut kurang lebih memiliki arti: "tanah daratan
yang aman sentosa" (suryadi, 2004:92). Dalam literatur pribumi lain, kata
Pariaman kadang juga dianggap berasal dari "parik nan aman", yang
artinya kira-kira pelabuhan yang aman. Kapal-kapal yang singgah untuk berdagang
di bandar-bandar di Rantau Pariaman dapat dengan aman bertransaksi dagang (Bagindo
Armaidi Tanjung, 2006;11).
Sebelum orang eropa datang ke kawasan Rantau Pariaman,
Kota-kota pelabuhan penting dikawasan ini, seperti pelabuhan pariaman dan tiku
sudah dikunjungi pelaut-pelaut dari arab, china, dan gujarat (suryadi,
2004:93). Di kota-kota ini, komoditi dagang dari pedalaman minangkabau ini
ditumpuk sebelum dikapalkan ke pelabuhan-pelabuhan lain. Kota-kota ini sudah
lama menjadi pelabuhan penyalur keluar emas dari pedalaman minangkabau
(suryadi, 2004:94), Kawasan tengah
sumatera sejak dulu memang terkenal sebagai penghasil emas. Itulah sebabnya
terkadang, Pulau Sumatera juga disebut sebagai pulau emas. Jalur penyalur emas
yang dihasilkan pedalaman Minangkabau kemudian dibawa ke pesisir pantai baik ke
pesisir barat maupun ke pesisir timur. ke pesisir barat dipasok melalui
kampung-kampung pantai di Rantau Pariaman.
Setelah kemerdekaan, Daerah administrasi periode kolonial,
priaman, tikoe en de danau districten kemudian disahkan menjadi Kabupaten
dengan nama Kabupaten Padang Pariaman berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun
1956 dengan ibukota Kota Pariaman. Pada awalnya Kabupaten Padang Pariaman
sesuai dengan Peraturan Komisaris Pemerintah di Sumatera No 81/Kom/U/1948
tentang Pembagian Kabupaten di Sumatera Tengah yang terdiri dari 11 Kabupaten
diantaranya disebut dengan nama Kabupaten Samudera dengan ibukotanya Pariaman,
meliputi daerah kewedanaan Air Bangis, Pariaman, Lubuk Alung, Padang Luar-Kota,
Mentawai dan Nagari-Nagari Tiku, Sasak dan Katiagan.
Kabupaten Samudera ini terdiri dari 17 wilayah (gabungan
nagari-nagari). Kabupaten Padang Pariaman dibentuk dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1956 tanggal 19 Maret 1956 tentang Pembentukan Daerah otonom Kabupaten
Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah, dimana Propinsi Sumatera tengah
dibentuk menjadi 14 Kabupaten, yang salah satunya adalah Kabupaten
Padang/Pariaman dengan batas-batas sebagai yang dimaksud dalam pasal 1 dari
Surat Ketetapan Gubernur Militer Sumatera Tengah tanggal 9 Nopember 1949 No.
10/G.M/S.T.G./49, dikurangi dengan daerah Kampung-Kampung Ulak Karang, Gunung
Pangilun, Marapalam, Teluk Bajur, Seberang Padang dan Air Manis dari kewedanaan
Padang Kota yang telah dimasukkan kedalam daerah Kota Padang, sebagai dimaksud
dalam Surat ketetapan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera Tengah Tanggal
15 Agustus 1950 No. 65/G.P./50 Bupati Padang Pariaman semasa Agresi Milter
Belanda Tahun 1948 adalah Mr. BA. MuradSampai akhir tahun 2007 Kabupaten Padang
Pariaman memiliki 17 Kecamatan, 46 nagari dan 364 korong. Kecamatan yang paling
banyak memiliki nagari adalah Kecamatan Nan Sabaris dan Kecamatan Enam Lingkung
yang mempunyai 5 nagari, sedangkan kecamatan yang paling sedikit memiliki
nagari adalah Kecamatan Lubuk Alung dan Kecamatan IV Koto Aur Malintang yang
hanya mempunyai 1 nagari. Sampai akhir tahun 2007 pula, Kecamatan VII Koto
Sungai Sarik masih merupakan kecamatan yang memiliki korong terbanyak, yakni 41
korong, dan yang paling sedikit adalah kecamatan IV Koto Aur Malintang, yakni 5
korong.
Tahun 2010 Kabupaten Padang Pariaman melakukan pembentukan
nagari sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2010 sehingga di Kabupaten
Padang Pariaman terdapat 60 Nagari. Kecamatan yang paling banyak memiliki
nagari adalah Kecamatan Nan Sabaris, Kecamatan Lubuk Alung, Kecamatan Enam Lingkung
dan Kecamatan IV Koto Aur Malintang yang mempunyai 5 nagari, sedangkan
Kecamatan yang paling sedikit memiliki nagari adalah Kecamatan Sintuk Toboh
Gadang, Ulakan Tapakis, Kecamatan Batang Gasan dan Kec V Koto Kampung Dalam yang hanya
mempunyai 2 nagari.
Semenjak dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) DPRD No
05/KEP.D/DPRD.2008 dan SK Bupati Padang Pariaman Nomor 02/KEP/BPP/2008
tertanggal 2 Juli 2008, Ibukota Kabupaten Padang Pariaman dipindahkan dari Kota
Pariaman ke Paritmalintang, yakni Nagari Paritmalintang Kecamatan Enam Lingkung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar