085227902020 kami kontraktor lapangan futsal di bungo kami
kontraktor lapangan futsal siap membantu pekerjaan pembuatan lapangan futsal
diseluaruh wilayah di Indonesia dengan harga terjangkau dan menyuesuaikan
keuangan anda. Kami siap melayani pembuatan lapangan futsal di kontraktor
lapangan futsal di bandung, kontraktor
lapangan futsal Surabaya, kontraktor
lapangan futsal Jakarta, kontraktor
lapangan futsal murah, kontraktor lapangan futsal medan, kontraktor lapangan
futsal bandung, kontraktor lapangan utsal di Surabaya, kontraktor lapangan
futsal di bali, kontraktor lapangan futsal jogja, kontraktor lapangan futsal Makassar,
kontraktor lapangan futsal bali, kontraktor lapangan futsal Banjarmasin, kontraktor
lapangan futsal di semarang, kontraktor lapangan futsal di Jakarta, kontraktor
lapangan futsal di medan, kontraktor lapangan futsal di Makassar, kontraktor
lapangan futsal di pekanbaru, biaya pembuatan lapangan futsal jogja, kontraktor
lapangan futsal di jogja, pembuat lapangan futsal jogja, kontraktor lapangan
futsal lampung, kontraktor lapangan futsal malang, kontraktor lapangan futsal
di malang, pembuat lapangan futsal di Makassar, kontraktor lapangan futsal
pekanbaru, kontraktor lapangan futsal Palembang, kontraktor lapangan futsal
purwokerto, kontraktor lapangan futsal di padang, kontraktor lapangan futsal
semarang, kontraktor lapangan futsal samarinda
abupaten Bungo sebagai salah satu daerah Kabupaten/kota
dalam Provinsi Jambi, semula merupakan bagian dari Kabupaten Merangin, sebagai
salah satu kabupaten dari keresidenan Jambi yang tergabung dalam propinsi
Sumatera Tengah berdasarkan Undang-Undang nomor 10 tahun 1948.Selanjutnya
berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956, Kabupaten Merangin yang semula
Ibukotanya berkedudukan di Bangko di pindahkan ke Muara Bungo.
Pada tahun 1958 rakyat Kabupaten Merangin melalui DPRD
peralihan dan DPRDGR bertempat di Muara Bungo dan Bangko mengusulkan kepada
Pemerintah Pusat agar: Kewedanaan Muara
Bungo dan Tebo menjadi Kabupaten Muara Bungo Tebo dengan Ibukota Muara
Bungo.Sebagai perwujudan dari tuntutan rakyat tersebut, maka keluarlah
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang pembentukan Daerah Kabupaten
Sarolangun Bangko berkedudukan di Bangko dan kabupaten Muara Bungo Tebo
berkedudukan di Muara bungo Yang mengubah Undang Undang Nomor 12 tahun
1956.Seiring dengan pelantikan M.Saidi sebagai Bupati diadakan penurunan papan
nama Kantor Bupati Merangin dan di ganti dengan papan nama Kantor Bupati Muara
Bungo Tebo, maka sejak tanggal 19 Oktober 1965 dinyatakan sebagai, Hari Jadi
kabupaten Muara Bungo Tebo. Untuk memudahkan sebutannya dengan keputusan DPRGR
kabupaten daerah Tingkat II Muara Bungo Tebo, ditetapkan dengan sebutan
Kabupaten Bungo Tebo.
Seiring dengan berjalannya waktu melalui Undang-Undang Nomor
54 Tahun 1999 Kabupaten Bungo Tebo dimekarkan menjadi 2 wilayah yaitu Kabupaten
Bungo dan Kabupaten Tebo.Kabupaten Bungo adalah sebuah kabupaten yang terletak
dibagian barat Provinsi Jambi. Muara Bungo adalah ibukota dari kabupaten ini.
Dahulu, saat Kesultanan Jambi masih berkuasa, daerah Muara Bungo juga merupakan
bagian dari wilayah Kesultanan Jambi. Saat itu wilayah Muara Bungo terdiri dari
beberapa negeri yang disebut Bathin. Seperti Bathin Batang Bungo, Bathin
Jujuhan, Bathin Batang Tebo dan Bathin
Batang Pelepat. Pada awalnya pemimpin Muara Bungo adalah
Sultan Mangkubumi yang berkedudukan di Balai Panjang atau di wilayah Dusun
Tanah Periuk saat ini. Sultan Mangkubumi dan juga pemimpin-pemimpin setelahnya
dalah Wakil Rajo Jambi di Muara Bungo yang sudah ditetapkan oleh Rajo atau
Sultan Jambi waktu itu untuk memimpin Muara Bungo.
Pada 1904 Sultan Thaha Syaifudin selaku Sultan Jambi wafat
dalam pertempuran di Betung Bedarah saat
perang menghadapi Belanda, sehingga mengakibatkan Kesultanan Jambi
takluk dibawah pemerintah kolonial Belanda. Pada 1906 semua wilayah Kesultanan
Jambi termasuk Muara Bungo berada dibawah pemerintahan kolonial Belanda. Pada
1926, wilayah Muara Bungo dibagi ke dalam wilayah-wilayah yang disebut dengan
Marga. Diantaranya adalah sebagai berikut :
Sistem pemerintahan Marga ini sebetulnya mirip dengan
pemerintahan Bathin sebelumnya. Yaitu Marga/Bathin membawahi beberapa dusun.
Pemerintahan Marga ini dipimpin oleh seoarang yang disebut 'Pasirah'. Sedangkan
Dusun dipimpin oleh seorang yang disebut 'Rio'. Dusun terbagi lagi atas
beberapa Kampung.
Kabupaten Bungo Pasca-Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan Indonesia, Bungo menjadi bagian dari
Kabupaten Merangin. Dan bersama Kabupaten Batanghari berada di bawah
Karesidenan Jambi. Berdasarkan UU No.10/1948, Karesidenan Jambi termasuk ke
dalam propinsi Sumatera Tengah. Selanjutnya berdasarkan UU No.12/1956, ibukota
Kabupaten Merangin yang semula berkedudukan di Bangko dipindahkan ke Muara
Bungo. Berdasarkan UU No.81/1958, Propinsi Jambi dimekarkan menjadi tiga kabupaten,
yaitu Kabupaten Merangin, Kerinci
dan Batanghari.
Pemekaran ini mendorong DPRD Peralihan dan DPR-GR Kabupaten
Merangin mendesak Pemerintah Pusat untuk memekarkan Kabupaten Merangin menjadi
dua kabupaten. Diusulkan Kewedanaan Muara Bungo dan Kewedanaan Tebo menjadi
Kabupaten Muara Bungo Tebo, dengan Muara Bungo sebagai ibukotanya. Sedangkan
kewedanaan Sarolangun dan Kewedanaan Bangko menjadi Kabupaten Bangko dengan
kedudukan ibukota di Bangko.
Setelah mengirimkan delegasi ke Jakarta hingga beberapa
kali, maka pada 12 September 1965 dilaksanakan pelantikan M. Saidi sebagai
Pejabat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Muara Bungo Tebo. Pada 19 Oktober 1965
DPR-GR Kabupaten Daerah Tingkat II Muara Bungo Tebo mengubah nama Kabupaten
Muara Bungo Tebo menjadi Kabupaten Bungo Tebo dengan julukan ”Bumi Sepucuk
Bulat Seurat Tunggang’ serta menjadikan 19 Oktober 1965 sebagai hari jadi
kabupaten.
Perubahan terus berlanjut, reformasi bergema dimana-mana.
Pada 1999, Kabupaten Bungo Tebo dimekarkan menjadi Kabupaten Bungo dan
Kabupaten Tebo. Peresmiannya dilaksanakan di Jakarta pada 12 Oktober 1999 oleh
Menteri Dalam Negeri. Sejak saat itulah berdiri Kabupaten Bungo dengan ibukota
di Muara Bungo dan mendapat julukan “Langkah Serentak Limbai Seayun.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar