085227902020 kami kontraktor lapangan futsal di sungai penuh kami
kontraktor lapangan futsal siap membantu pekerjaan pembuatan lapangan futsal
diseluaruh wilayah di Indonesia dengan harga terjangkau dan menyuesuaikan
keuangan anda. Kami siap melayani pembuatan lapangan futsal di kontraktor
lapangan futsal di bandung, kontraktor
lapangan futsal Surabaya, kontraktor
lapangan futsal Jakarta, kontraktor
lapangan futsal murah, kontraktor lapangan futsal medan, kontraktor lapangan
futsal bandung, kontraktor lapangan utsal di Surabaya, kontraktor lapangan
futsal di bali, kontraktor lapangan futsal jogja, kontraktor lapangan futsal Makassar,
kontraktor lapangan futsal bali, kontraktor lapangan futsal Banjarmasin, kontraktor
lapangan futsal di semarang, kontraktor lapangan futsal di Jakarta, kontraktor
lapangan futsal di medan, kontraktor lapangan futsal di Makassar, kontraktor
lapangan futsal di pekanbaru, biaya pembuatan lapangan futsal jogja, kontraktor
lapangan futsal di jogja, pembuat lapangan futsal jogja, kontraktor lapangan
futsal lampung, kontraktor lapangan futsal malang, kontraktor lapangan futsal
di malang, pembuat lapangan futsal di Makassar, kontraktor lapangan futsal
pekanbaru, kontraktor lapangan futsal Palembang, kontraktor lapangan futsal
purwokerto, kontraktor lapangan futsal di padang, kontraktor lapangan futsal
semarang, kontraktor lapangan futsal samarinda
Berdasarkan Catatan China menyebut ada sebuah negeri yang
bernama Koying yang berdiri di Abad 2 SM terletak disebuah dataran tinggi dan
memiliki Gunung api. Beberapa Ahli berpendapat bahwa Koying identik dengan
dataran tinggi Kerinci.[4] Abad 14 M, Kerajaan Dharmasraya mulai menetapkan
undang-undang kepada para Kepala suku atau luhah disetiap dusun di Selunjur
bhumi Kurinci, Kepala suku tersebut disebut sebagai Depati sebagaimana yang
tercantum dalam kitab Undang-undang Tanjung Tanah. Menurut Uli Kozok, negeri
Kurinci atau Kerinci tidak sepenuhnya dibawah kendali Dharmasraya, para Depati
tetap memiliki hak Penuh atas kekuasaannya, penetapan Undang-undang disebabkan
Kerajaan Dharmasraya ingin menguasai perdagangan emas yang saat itu melimpah
ruah di Bumi Kerinci.[5] Abad 15 M, Kerajaan Jambi mulai memegang kendali atas
Para Depati di Bumi Kerinci, Kerajaan Jambi yang berada di Tanah Pilih, Kota
Jambi sekarang. Menunjuk Pangeran Temenggung Kebul di Bukit sebagai wakil
Kerajaan Jambi di wilayah hulu berkedudukan di Muaro Masumai, untuk mengontrol
dan mengendalikan para Depati di Kerinci Rendah dan Kerinci Tinggi. Para depati
yang dulunya terpisah-pisah dalam sebuah kampung atau kelompok kecil disatukan
dalam pemerintahan yang dibuat oleh Kerajaan Jambi, Pemerintahan ini disebut
dengan Pemerintahan Depati Empat,berpusat di Sandaran Agung. Abad 16 M,
Terjadinya perjanjian di Bukit Sitinjau Laut antara Kesultanan Jambi yang
diwakili oleh Pangeran Temenggung,Kesultanan Inderapura diwakili oleh Sultan
Muhammadsyah dikenal dengan sebutan Tuanku Berdarah Putih dan Alam Kerinci
diwakili oleh Depati Rencong Telang dan Depati Rajo Mudo. Isi Perjanjian
tersebut intinya untuk saling menjaga keamanan antar tiga wilayah sebab saat
itu banyak para penyamun dan perompak yang berada di jalur perdagangan antara
Kerinci-Indrapura maupun Kerinci-Jambi. Abad 17 M, terbentuk Pemerintahan
Mendapo nan Selapan Helai Kain yang berpusat di Hamparan Rawang, serta beberapa
wilayah Otonomi tersendiri seperti Tigo Luhah Tanah Sekudung di Siulak, Pegawai
jenang Pegawai Raja di Sungai Penuh .Tahun 1901 M, Belanda Mulai Masuk Ke Alam
Kerinci melewati renah Manjuto di Lempur hingga terjadi peperangan dengan
beberapa Pasukan Belanda, Pasukan Belanda gagal memasuki Alam Kerinci. Tahun
1903 M, Belanda berhasil membujuk Sultan Rusli, Tuanku Regent sekaligus
menjabat Sultan Indrapura untuk membawa pasukan Belanda ke Alam Kerinci dengan
tujuan agar tidak terjadi perlawanan dari rakyat Kerinci. Ternyata yang terjadi
sebaliknya, Perlawanan Rakyat Kerinci begitu hebatnya hingga terjadi peperangan
selama Tiga bulan di Pulau Tengah. Peperangan Pulau Tengah dibawah komando
Depati Parbo memakan korban perempuan dan anak-anak yang begitu banyak setelah
Belanda membakar habis Kampung tersebut.[6] Tahun 1904 M, Kerinci takluk
dibawah pemerintahan Belanda setelah kalah Perang dan Depati Parbo di Buang Ke
Ternate
Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, Kerinci masuk ke
dalam Karesidenan Jambi (1904-1921), kemudian berganti di bawah Karesidenan
Sumatra's Westkust (1921-1942). Pada masa itu, Kerinci dijadikan wilayah
setingkat onderafdeeling yang dinamakan Onderafdeeling Kerinci-Indrapura.
Setelah kemerdekaan, status administratifnya dijadikan Kabupaten Pesisir
Selatan-Kerinci. Sedangkan Kerinci sendiri, diberi status daerah administratif
setingkat kewedanaan.[7]. Kewedanan Kerinci terbagi menjadi tiga Kecamatan
yaitu 1. Kecamatan Kerinci Hulu terdiri dari Kemendapoan Danau Bento,
Kemendapoan Natasari, Kemendapoan Siulak (Wilayah Adat tanah Sekudung serta
Kemendapoan Semurup 2. Kecamatan Kerinci tengah terdiri dari Kemendapoan Depati
Tujuh, Kemendapoan Kemantan, Kemendapoan Rawang, Kemendapoan Limo Dusun,
Kemendapoan Penawar, Kemendapoan Hiang,dan Kemendapoan Keliling danau 3.
Kecamatan Kerinci Hilir terdiri dari kemendapoan Danau Kerinci, Kemendapoan 3
Helai Kain, kemendapoan Lempur, dan Kemendapoan Lolo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar