085227902020 kami kontraktor lapangan futsal di padang pariaman kami
kontraktor lapangan futsal siap membantu pekerjaan pembuatan lapangan futsal
diseluaruh wilayah di Indonesia dengan harga terjangkau dan menyuesuaikan
keuangan anda. Kami siap melayani pembuatan lapangan futsal di kontraktor
lapangan futsal di bandung, kontraktor
lapangan futsal Surabaya, kontraktor
lapangan futsal Jakarta, kontraktor
lapangan futsal murah, kontraktor lapangan futsal medan, kontraktor lapangan
futsal bandung, kontraktor lapangan utsal di Surabaya, kontraktor lapangan
futsal di bali, kontraktor lapangan futsal jogja, kontraktor lapangan futsal Makassar,
kontraktor lapangan futsal bali, kontraktor lapangan futsal Banjarmasin, kontraktor
lapangan futsal di semarang, kontraktor lapangan futsal di Jakarta, kontraktor
lapangan futsal di medan, kontraktor lapangan futsal di Makassar, kontraktor
lapangan futsal di pekanbaru, biaya pembuatan lapangan futsal jogja, kontraktor
lapangan futsal di jogja, pembuat lapangan futsal jogja, kontraktor lapangan
futsal lampung, kontraktor lapangan futsal malang, kontraktor lapangan futsal
di malang, pembuat lapangan futsal di Makassar, kontraktor lapangan futsal
pekanbaru, kontraktor lapangan futsal Palembang, kontraktor lapangan futsal
purwokerto, kontraktor lapangan futsal di padang, kontraktor lapangan futsal
semarang, kontraktor lapangan futsal samarinda
Kota pelabuhan Pariaman beberapa abad lalu telah disinggahi
pedagang-pedagang dari Nusantara maupun mancanegara. Saat itu orang Minangkabau
di pedalaman Sumatra Barat memproduksi emas, kertas, madu, kemiri, serta hasil
bumi lokal untuk dijual di pelabuhan. Awal abad ke-17, Sultan Aceh datang untuk
mengusai tempat dan berikutnya VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang
menguasainya. Masyarakat Pariaman yang hidup menderita dalam penjajahan
kemudian melakukan pemberontakan selama hampir satu abad untuk memaksa penjajah
meninggalkan tempat yang indah ini.Sejarah Pariaman sudah dimulai jauh sebelum
kedatangan VOC. Catatan Tome Pires (1446-1524), yaitu pelaut Portugis dari
Kerajaan Portugis di Asia mencatat adanya lalu lintas perdagangan antara India
dan Pariaman, juga antara Tiku dan Barus. Pires juga mencatat perdagangan kuda
di antara orang Batak dengan orang Sunda.
Menurut laporan Tomé Pires dalam Suma Oriental yang ditulis
antara tahun 1513 and 1515[2], kota Pariaman ini merupakan bagian dari kawasan
rantau Minangkabau. Dan kawasan ini telah menjadi salah satu kota pelabuhan
penting di pantai barat Sumatera. Pedagang-pedagang India dan Eropa datang dan
berdagang emas, lada dan berbagai hasil perkebunan dari pedalaman Minangkabau
lainnya.
Tahun 1527, dua kapal dagang Prancis membawa, Jean dan Raoul
Parmentier mengunjungi Pariaman dan berlabuh di Tiku serta Indrapura. Akan
tetapi kedatangan mereka tidak meninggalkan catatan signifikan di wilayah ini.
Tanggal 21 November 1600, untuk pertama kalinya, Belanda datang ke Pariaman dan
Tiku di bawah pimpinan Paulus Van Cardeen yang berlayar ke arah selatan dari
Aceh dan Pasaman. Cornelisde Houtman, salah satu pelaut Belanda juga pernah
mengunjungi Pariaman kemudian pindah keselatan yaitu Sunda Kelapa atau Jakarta
sekarang.
Tahun 1662, dibuat perjanjian antara VOC dengan pemimpin
Minangkabau di Padang. Perjanjian yang kemudian di sebut Perjanjian Painan itu
bertujuan untuk monopoli dagang di pesisir Sumatera, termasuk monopoli emas
Salido. Sayang, rakyat Minang mengamuk pada tahun 1666 dan menewaskan
perwakilan VOC di Padang bernama Jacob Gruys. Arung Palakka kemudian dikirim ke
Minangkabau dalam ekspedisi yang dinamakan Ekspedisi Verspreet. Bersama pasukan
Bone, ia berhasil meredam dan mematikan perlawanan rakyat Minangkabau hingga
menaklukan seluruh pantai barat Sumatera, termasuk memutus hubungan Minangkabau
dengan Aceh. Kekuasaan VOC diperluas hingga Ulakan di Pariaman. Di tempat
inilah,Arung Palakka diangkat sebagai Raja Ulakan.
Arung Palakka sangat populer sebab berhasil menaklukan
Sumatra dan membumihanguskan perlawanan rakyat Minangkabau terhadap VOC. Arung
Palakka menyimpan dua sisi diametral, di satu sisi hendak membebaskan Bone,
namun di sisi lain justru menaklukan daerah lain di Nusantara
Tahun 1670, kota Pariaman berhasil direbut oleh VOC
(Belanda) dari tangan Aceh. Tapi semenjak dibangunnya pelabuhan Teluk Bayur di
kota Padang, maka pamor pelabuhan dan kota Pariaman menjadi mundur.
Tahun 1686, catatan W. Marsden menyebut bahwa orang Pryaman
atau orang Pariaman telah melakukan kontak dengan Kerajaan Inggris. Saat itu,
dipimpin Raffles, orang-orang India dalam kesatuan tentara Sepoy dari British
Raj, dibawa ke kota pelabuhan tersebut. Orang-orang Sepoy dari India inilah
yang kemudian memperkenalkan tradisi Muharram kepada penduduk setempat dengan
nama Tabuik. Meskipun kontak tersebut tidak terlalu intensif tetapi telah
meninggalkan jejak yang kemudian berkembang menjadi salah satu warisan budaya
bernama Tabuik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar