085227902020 kami kontraktor lapangan futsal di pesisir selatan kami
kontraktor lapangan futsal siap membantu pekerjaan pembuatan lapangan futsal
diseluaruh wilayah di Indonesia dengan harga terjangkau dan menyuesuaikan
keuangan anda. Kami siap melayani pembuatan lapangan futsal di kontraktor
lapangan futsal di bandung, kontraktor
lapangan futsal Surabaya, kontraktor
lapangan futsal Jakarta, kontraktor
lapangan futsal murah, kontraktor lapangan futsal medan, kontraktor lapangan
futsal bandung, kontraktor lapangan utsal di Surabaya, kontraktor lapangan
futsal di bali, kontraktor lapangan futsal jogja, kontraktor lapangan futsal Makassar,
kontraktor lapangan futsal bali, kontraktor lapangan futsal Banjarmasin, kontraktor
lapangan futsal di semarang, kontraktor lapangan futsal di Jakarta, kontraktor
lapangan futsal di medan, kontraktor lapangan futsal di Makassar, kontraktor
lapangan futsal di pekanbaru, biaya pembuatan lapangan futsal jogja, kontraktor
lapangan futsal di jogja, pembuat lapangan futsal jogja, kontraktor lapangan
futsal lampung, kontraktor lapangan futsal malang, kontraktor lapangan futsal
di malang, pembuat lapangan futsal di Makassar, kontraktor lapangan futsal
pekanbaru, kontraktor lapangan futsal Palembang, kontraktor lapangan futsal
purwokerto, kontraktor lapangan futsal di padang, kontraktor lapangan futsal
semarang, kontraktor lapangan futsal samarinda
Jauh dimasa silam, wilayah Pesisir Selatan merupakan daerah
sepanjang pesisir pantai Sumatera Barat yang terdiri dari rawa-rawa dataran
rendah dan bebukitan yang belum berpenghuni. Kalaupun ada penghuni jumlahnya
sangat sedikit dan besar kemungkinan mereka adalah orang-orang yang dikenal
sebagai Orang Rupit pelarian dari daerah Sungai Pagu Muara Labuh dan
sekitarnya.
Dipercaya sebelum abad 15 dimana pada era ini banyak terjadi
ekspansi dan migrasi dari masyarakat Darek (Luhak Nan Tigo) ke berbagai daerah
yang disebut rantau, diduga kuat wilayah Pesisir Selatan Tarusan Bayang dan
Bandar Sepuluh sudah didiami oleh masyarakat dari Inderapura karena kerajaan
Teluk Air Pura sudah eksis semenjak abad 8 Masehi, sementara kerajaan Sungai
Pagu baru berdiri pada abad 16 Masehi, begitupula kerajaan Pagaruyung yang baru
berdiri pada abad 14.
Nenek moyang Koto XI Tarusan umumnya berasal dari nagari
Guguk (dalam wilayah Kubuang Tigo Baleh, Solok sekarang) dan sebagian kecil
merupakan ekspansi dari orang Bayang. Nenek moyang Bayang Nan Tujuh dan Koto
Nan Salapan (Bayang Utara) berasal dari 3 nagari di Kubuang Tigo Baleh (Solok
sekarang) yaitu : Muaro Paneh, Kinari dan Koto Anau.
Nenek moyang IV Jurai (Lumpo, Sago, Salido dan Painan)
sebagian merupakan ekspansi dari Bayang (Lumpo, Sago dan Salido) dan sebagian
merupakan ekspansi dari Batangkapeh (Bandar Sepuluh) yaitu Salido dan Painan.
Namun Painan merupakan daerah yang dihuni oleh berbagai pendatang dari berbagai
arah, dari utara maupun selatan.
Bandar SepuluhNenek moyang Bandar Sepuluh umumnya dipercaya
merupakan perantau dari Sungai Pagu (Solok Selatan) pada abad 15. Tapi tidak
tertutup kemungkinan sebelum kedatangan mereka, Bandar Sepuluh sudah didatangi
dan dihuni oleh masyarakat dari Inderapura dan sekitarnya. Disebut Bandar
Sepuluh karena di masa jaya-jayanya di wilayah ini terdapat sepuluh bandar atau
dermaga ("Labuhan" dalam istilah setempat). Masing-masing nagari mempunyai
dua dermaga yang terdapat di muara sungai-sungai besar di wilayah Bandar
Sepuluh.
Renah IndojatiInderapura merupakan kedudukan sebuah kerajaan
maritim terbesar di pantai barat Sumatera dari abad ke 8 sampai abad ke 18
yaitu Kerajaan Inderapura yang sultannya masih ada sampai sekarang. Inderapura
terkenal dengan dua puluh penghulunya yang merupakan perwakilan dari 3 nenek
moyang mereka (6 di hilir, 6 di mudik dan 8 dari daerah lain). Inderapura
merupakan daerah yang sudah tua, sudah dihuni semenjak abad ke-8 Masehi.
Sementara Tapan terkenal dengan 4 penghulu sukunya sehingga disebut Basa Ampek
Balai. Masyarakat Lunang dipercaya eksis semenjak era kesultanan Inderapura dan
diduga nenek moyang mereka ekpansi dari masyarakat Inderapura sendiri, atau Sungai
Pagu dan daerah sekitarnya. Lunang juga mulai eksis setelah era kesultanan
Inderapura. Lunang mempunyai 8 orang penghulu suku yang berperan dan
berkonsultasi kepada Mande Rubiah (keturunan Bundo Kanduang) sebagai yang
dituakan dan dihormati di Lunang dan sekitarnya.
Pasca abad 15
Pada tahun 1523 di Painan sudah berdiri sebuah surau,
lembaga pendidikan agama di Minangkabau. Pada abad 16 ini pula, Pulau Cingkuk
di Painan menjadi pelabuhan kapal international yang berjaya sebagai pelabuhan
emas Salido.Pada tahun 1660, Belanda pernah berkeinginan untuk memindahkan
kantor perwakilan mereka dari Aceh ke Kota Padang dengan alasan lokasi dan
udara yang lebih baik namun keinginan ini ditolak oleh penguasa kota Padang
hingga akhirnya mereka berkantor di Salido.
Perjanjian Painan pada tahun 1663 yang diprakarsai oleh
Groenewegen yang membuka pintu bagi Belanda untuk mendirikan loji di kota
Padang, selain kantor perwakilan mereka di Tiku dan Pariaman. Dengan alasan
keamaman kantor perwakilan di kota Padang dipindahkan ke pulau Cingkuk hingga
pada tahun 1667 dipindahkan lagi ke kota Padang. Bangunan itu terbakar pada
tahun 1669 dan dibangun kembali setahun kemudian.
Masyarakat Bayang pernah terlibat dalam perang melawan
Pemerintah Hindia Belanda selama lebih kurang satu abad yaitu dimulai pada
tahun 1663 sampai 1771.
Pada tahun 1915, pemuka adat nagari Bayang Nan Tujuh dan
Koto Nan Salapan (sebelum menjadi kecamatan Bayang) mengadakan rapat di Koto
Berapak dan Pulut-pulut merumuskan tambo (sejarah dan adat) Nagari Bayang yang
menyatakan bahwa nenek moyang masyarakat Bayang dan cabang-cabangnya (Lumpo dan
Salido) berasal dari tiga nagari di Kubuang Tigo Baleh (Solok sekarang) yaitu
Muaro Paneh, Kinari dan Koto Anau. Mereka migrasi sesudah kedatangan nenek
moyang masyarakat XI Koto Tarusan di sebelah utara, di balik bukit Bayang.
Sejarah Pesisir Selata
Koto XI Tarusan
awalnya terdiri dari 11 koto. Sekarang sudah dimekarkan menjadi beberapa Nagari
Yaitu: Siguntua, Taratak Sungai Lundang, Barung2 Balantai, Barung2 Belantai
Timur, Duku, Duku Utara, Batu hampa, Batu hampa Selatan, Nanggalo, Kapuh Utara,
Kapuh, Sungai Tawa Taluak Raya, Kampuang Pansua, Ampang Pulai, Pulau Karam,
Carocok Anau, Mandeh, Sungai Nyalo Mudik Aia, Sungai Pinang, dan lain-lain].
Bayang awalnya disebut
sebagai nagari Bayang Nan Tujuh karena terdiri dari tujuh koto, kemudian
dimekarkan menjadi beberapa nagari sampai sekarang.
Bayang Utara
awalnya disebut Koto Nan Salapan, terdiri dari Pulut-pulut, Muaro Air, Pancung
Taba, Ngalau Gadang, Limau-limau dan Taratak Nan Tigo (Teleng, Pisang dan
Baru).
IV Jurai terdiri
dari Lumpo, Sago, Salido dan Painan tapi sekarang sudah dimekarkan menjadi
beberapa nagari. Disini terletaknya pusat pemerintahan Kabupaten Pesisir
Selatan, yaitu Painan.
Batang Kapas,
merupakan kepala dari Bandar Sepuluh, terdiri dari 5 Nagari Yaitu Nagari IV
Koto Hile, Nagari Koto Nan Duo IV Koto Hilie, Nagari Koto Nan Tigo IV Koto
Hile, Nagari IV Koto Mudiak, Nagari Taluak.
Sutera, merupakan
singkatan dari 3 nagari : Surantih, Taratak dan Ampiang Parak.
Lengayang, terdiri
dari dua nagari awal : Kambang dan Lakitan. Kambang merupakan wilayah asal
penyebaran dari masyarakat Bandar Sepuluh. Nenek moyang dari Sungai Pagu turun
melalui Kambang kemudian menyebar ke utara (Sutera dan Batangkapas) dan
sebagian menyebar ke selatan (Ranah Pesisir dan Linggo Sari Baganti).
Ranah Pesisir
terdiri dari nagari Palangai (Balai Salasa) dan nagari Punggasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar